Di era yang semakin berkembang, inklusi keuangan telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Namun, masih terdapat isu kesenjangan yang signifikan dalam akses layanan keuangan, terutama bagi kalangan perempuan.
Nah, kali ini kami ingin mengajak Anda untuk mencari tahu pentingnya inklusi keuangan bagi perempuan dan bagaimana hal tersebut dapat mendorong kesejahteraan ekonomi mereka. Simak dan pahami, ya!
Apa Itu Inklusi Keuangan?
Sebelum pembahasan lebih dalam, sebaiknya kita pahami dahulu, apa itu inklusi keuangan? Nah, melansir dari World Bank, inklusi keuangan adalah kondisi di mana setiap individu atau kelompok memiliki akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas, aman, dan terjangkau. Layanan ini mencakup:
- Rekening tabungan
- Layanan pembayaran dan transfer
- Produk pinjaman
- Asuransi
- Investasi
Dalam konteks yang lebih luas, inklusi keuangan tidak hanya tentang memiliki akses ke layanan keuangan, tetapi juga mencakup pemahaman dan kemampuan untuk memanfaatkan layanan tersebut secara efektif.
Manfaat Inklusi Keuangan bagi Perempuan
Sebelumnya, telah disebutkan bahwa di Indonesia masih ada isu kesenjangan bagi perempuan dalam mengakses layanan keuangan, sementara perempuan juga berperan penting dalam perekonomian keluarga dan masyarakat.
Berikut adalah beberapa manfaat utama inklusi keuangan yang seharusnya bisa didapatkan oleh perempuan:
1. Pemberdayaan Ekonomi
Dengan akses ke layanan keuangan, perempuan dapat lebih mandiri secara finansial. Mereka dapat membuka usaha kecil, mendapatkan modal kerja, dan mengelola keuangan usaha mereka dengan lebih baik. Hal ini membantu perempuan untuk meningkatkan pendapatan dan berkontribusi pada ekonomi keluarga.
2. Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Ketika perempuan memiliki kendali atas sumber daya keuangan, mereka cenderung menginvestasikannya dalam kebutuhan keluarga seperti pendidikan anak, kesehatan, dan nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan finansial perempuan secara langsung berkorelasi dengan peningkatan kualitas hidup keluarga.
3. Mengurangi Risiko Keuangan
Dengan adanya akses ke layanan keuangan formal, perempuan dapat menabung dan melindungi diri mereka dari risiko keuangan tak terduga, seperti biaya pengobatan atau kehilangan pendapatan. Layanan asuransi juga memberikan jaminan keamanan bagi perempuan dan keluarganya.
4. Meningkatkan Partisipasi dalam Ekonomi Digital
Dengan akses ke layanan keuangan digital, perempuan dapat berpartisipasi lebih aktif dalam ekonomi digital, seperti berjualan di platform e-commerce, menerima pembayaran digital, atau memanfaatkan fintech untuk mengelola keuangan usaha.
Berbagai manfaat di atas dapat mendukung perempuan untuk menjadi agen perubahan yang kuat dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Tantangan Inklusi Keuangan bagi Perempuan di Indonesia
Adanya isu kesenjangan ini bisa jadi muncul karena adanya tantangan atau hambatan yang masih dihadapi perempuan dalam mengakses layanan keuangan.
Tantangan ini tidak hanya berasal dari faktor eksternal, seperti kebijakan atau infrastruktur, tetapi juga dari faktor internal, seperti literasi keuangan dan norma budaya. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi perempuan dalam inklusi keuangan di Indonesia:
1. Norma Sosial dan Budaya
Di beberapa daerah di Indonesia, norma sosial masih membatasi peran perempuan dalam pengambilan keputusan keuangan. Perempuan sering dianggap tidak memiliki peran utama dalam mengelola keuangan keluarga, sehingga mereka cenderung tidak mendapatkan prioritas untuk mengakses layanan keuangan formal.
2. Rendahnya Literasi Keuangan
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan perempuan di Indonesia cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki. Banyak perempuan, terutama di daerah pedesaan, kurang memahami bagaimana mengakses, memanfaatkan, dan mengelola produk keuangan formal seperti tabungan, pinjaman, atau asuransi.
3. Keterbatasan Akses ke Layanan Keuangan Formal
Perempuan di daerah terpencil seringkali menghadapi tantangan geografis dan infrastruktur yang kurang memadai, seperti minimnya bank atau ATM di daerah mereka. Selain itu, banyak perempuan yang tidak memiliki dokumen resmi, seperti KTP atau NPWP, yang diperlukan untuk membuka rekening bank atau mengakses layanan keuangan lainnya.
4. Risiko Keuangan yang Tinggi
Perempuan yang bekerja di sektor informal seringkali menghadapi ketidakstabilan pendapatan, sehingga sulit bagi mereka untuk memenuhi syarat membuka rekening tabungan atau membayar premi asuransi. Ketidakstabilan ini juga membuat mereka rentan terhadap utang berbunga tinggi dari lembaga keuangan informal.
5. Kurangnya Program dan Edukasi yang Terarah
Meskipun ada program inklusi keuangan dari pemerintah dan lembaga swasta, banyak di antaranya belum sepenuhnya menjangkau perempuan secara efektif. Kurangnya pelatihan literasi keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan perempuan membuat mereka sulit memahami manfaat layanan keuangan formal.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan Inklusi Keuangan
Untuk mengatasi tantangan ini, dibutuhkan pendekatan yang holistik dan inklusif, seperti:
- Meningkatkan Literasi Keuangan: Sebuah pelatihan khusus untuk perempuan dapat dilakukan baik di kota besar maupun di daerah terpencil, terutama tentang cara mengelola keuangan dan memanfaatkan teknologi finansial.
- Mengembangkan Produk yang Inklusif: Merancang produk keuangan yang fleksibel dan ramah perempuan, seperti pinjaman tanpa agunan untuk usaha mikro.
- Memperluas Infrastruktur Keuangan: Memperbanyak titik layanan keuangan, terutama di daerah terpencil dan meningkatkan akses teknologi digital bagi perempuan.
- Melibatkan Komunitas Lokal: Menggunakan pendekatan berbasis komunitas untuk memberdayakan perempuan dan mengubah norma budaya yang membatasi peran mereka dalam pengambilan keputusan finansial.
Inklusi keuangan bukan sekadar tentang membuka akses ke layanan perbankan, tetapi merupakan kunci untuk memberdayakan perempuan secara ekonomi. Dengan meningkatkan inklusi keuangan bagi perempuan, kita tidak hanya mendorong kemandirian finansial mereka tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk mengatasi tantangan yang ada dan menciptakan ekosistem keuangan yang lebih inklusif bagi perempuan. Dengan demikian, cita-cita kesetaraan gender dalam akses dan penggunaan layanan keuangan dapat terwujud, membuka jalan bagi pemberdayaan ekonomi perempuan yang lebih luas di Indonesia.