Belajar dari R.A. Kartini dan Perjuangannya di Dunia Pendidikan

Mengenal R.A. Kartini dalam rangka Hari Kartini
stars 2

Kalau sekarang kita bisa menulis opini di internet atau berbagi ilmu lewat Instagram, TikTok, atau YouTube, semua itu nggak lepas dari perjuangan orang-orang hebat di masa lalu. 

R.A. Kartini adalah salah satu perempuan luar biasa yang berani bersuara lewat tulisan, memperjuangkan pendidikan, dan menginspirasi lewat surat-suratnya. 

Yuk, kenalan lebih dekat sama sosok Kartini dan lihat gimana semangatnya masih relevan banget di era digital ini!

⁠Biografi R.A. Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, sebagai putri dari seorang Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.

Biografi R.A. Kartini
Sumber: Freepik

Dibandingkan dengan gadis pribumi seusianya, Kartini memiliki kesempatan istimewa untuk mengenyam pendidikan di ELS (Europese Lagere School), sekolah dasar Belanda.

Pendidikan awal Kartini inilah yang membuka cakrawalanya pada dunia pengetahuan yang lebih luas. Selama masa pingitan, Kartini tidak berhenti belajar.

Ia rajin membaca buku-buku, majalah, dan surat kabar yang dikirimkan teman-teman Belandanya, terutama Rosa Abendanon. Bacaan-bacaan ini terutama berkaitan dengan pemikiran feminis dari Eropa, membentuk dasar pemikiran kritis Kartini tentang kondisi wanita pada masanya.

Kartini secara otodidak memperdalam bahasa Belanda melalui membaca dan berkorespondensi, hingga kemampuan literasinya sangat mengagumkan. Ia tidak hanya menyerap ide-ide baru, tetapi juga mampu mengkritisi dan mengadaptasinya dalam konteks budaya Jawa. 

Inilah keunikan pendidikan informal Kartini yang kemudian membangun visinya tentang pendidikan sebagai kunci pembebasan bagi perempuan Indonesia.

Sejarah Perjuangan Kartini

Pada masa itu, adat istiadat membatasi ruang gerak perempuan, terutama dari kalangan bangsawan. Menyadari dampak negatif dari ketidaksetaraan ini, Kartini mulai memimpikan sekolah yang bisa diakses oleh perempuan dari berbagai kalangan.

Surat-menyurat menjadi medium utama perjuangan Kartini. Melalui korespondensi dengan teman-teman Belandanya seperti Estelle “Stella” Zeehandelaar, Rosa Abendanon, dan Prof. Anton dan Mrs. Abendanon, Kartini mengekspresikan pemikiran-pemikiran progresifnya.

Salah satu surat Kartini yang dikirim ke Abendanon. Sumber: Leiden University Libraries

Ia menulis dengan gaya yang impresif, mengombinasikan kedalaman analisis dengan tulisan yang penuh emosi dan ketulusan. Korespondensi ini menjadi bentuk aktivisme literasi yang memungkinkan ide-idenya menembus batas geografis dan kultural.

Pada 1903, Kartini berhasil mendirikan sekolah untuk anak perempuan pribumi, yang dikenal sebagai “Sekolah Kartini”. Ini merupakan pencapaian luar biasa mengingat kondisi sosial politik pada masa itu. 

Bagi Kartini, pendidikan perempuan bukan hanya tentang membaca dan menulis, melainkan alat untuk membangun kemandirian ekonomi dan intelektual. Ia percaya bahwa literasi adalah langkah pertama menuju kebebasan berpikir dan berekspresi.

Sayangnya, perjuangan Kartini terhenti terlalu cepat. Ia meninggal pada 17 September 1904 dalam usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertamanya. Meski demikian, api semangat yang ia nyalakan terus menyala dan menginspirasi generasi setelahnya.

⁠Terbitnya Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”

Sumber: Perpustakaan Amir Machmud

Pada 1911, sahabat pena Kartini, J.H. Abendanon, menerbitkan buku dengan judul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang berisi kumpulan surat Kartini. Buku ini menjadi bukti nyata kekuatan literasi sebagai alat perubahan sosial.

Ia menulis dengan lugas, berani mengkritik ketidakadilan gender sambil tetap menunjukkan penghargaan terhadap aspek-aspek positif budaya Jawa. Keseimbangan antara kritik sosial dan kecintaan pada tanah air inilah yang membuat tulisan Kartini berbeda dari feminis Barat pada masanya.

Yang membuat tulisan Kartini menonjol adalah kemampuannya membahas isu-isu kompleks seperti kolonialisme, feminisme, dan identitas budaya dengan bahasa yang accessible dan penuh empati. Ini menunjukkan bagaimana literasi dapat menjadi jembatan antara ide-ide abstrak dan realitas sosial sehari-hari.

Baca juga: Penulis Terkenal yang Berkontribusi Penting dalam Dunia Literasi

Warisan Kartini di Era Digital

Di era digital saat ini, semangat Kartini untuk memperjuangkan pendidikan dan ekspresi perempuan menemukan medium baru. Platform digital dan media sosial telah membuka ruang ekspresi yang lebih luas bagi perempuan Indonesia, sesuatu yang mungkin hanya bisa dibayangkan Kartini pada zamannya.

Media sosial menjadi perpanjangan dari tradisi menulis surat yang dulu dilakukan Kartini. Melalui blog, vlog, podcast, dan platform media sosial, perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang kini dapat berbagi pengalaman, berjejaring, dan membangun gerakan solidaritas.

Berbagai inisiatif pendidikan berbasis teknologi juga mulai bermunculan, mengusung semangat Kartini untuk memperluas akses pendidikan. 

Literasi digital menjadi frontier baru dalam pemberdayaan perempuan Indonesia. Kemampuan mengakses, menyaring, dan memproduksi informasi secara kritis menjadi bentuk kemandirian yang esensial di abad 21, paralel dengan visi Kartini tentang perempuan terdidik yang mampu berpikir kritis.

Relevansi Pemikiran Kartini Tentang Pendidikan di Masa Kini

Filosofi pendidikan Kartini yang holistik, mengintegrasikan keterampilan praktis, pengetahuan intelektual, dan nilai-nilai kemanusiaan, menawarkan kerangka yang masih aplikatif untuk pendidikan modern. Pendekatan ini bisa menjadi alternatif di tengah sistem pendidikan yang kadang terlalu berfokus pada standardisasi dan pengujian.

Dalam konteks digital, korespondensi Kartini dengan rekan-rekannya dapat dilihat sebagai bentuk awal dari networking dan knowledge sharing yang kini menjadi norma. 

Jika Kartini menggunakan surat untuk menyuarakan pemikirannya, perempuan Indonesia saat ini memiliki beragam platform digital untuk mengekspresikan ide dan membangun komunitas pendukung.

Tantangan baru seperti keamanan online, kesenjangan akses digital, dan disinformasi memerlukan pendekatan kritis terhadap teknologi—sesuatu yang sejalan dengan semangat Kartini untuk tidak menerima status quo begitu saja. 

Pendidikan media dan literasi digital menjadi komponen penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya mengakses informasi, tetapi juga mampu mengevaluasi dan menggunakannya secara bijak.

Kesimpulan

Perjalanan R.A. Kartini menunjukkan bagaimana pendidikan, literasi, dan ekspresi dapat menjadi katalis perubahan sosial.

Di era digital yang sarat dengan informasi dan platform ekspresi, semangat Kartini untuk mendobrak batasan melalui pendidikan dan literasi tetap menjadi inspirasi. Tantangan mungkin berubah bentuk, tetapi esensi perjuangan untuk kesetaraan akses pendidikan dan kebebasan berekspresi tetap relevan.

Mengenang Kartini bukan sekadar merayakan sosok historis, tetapi juga menghidupkan kembali visinya dalam konteks kontemporer.

Yuk, ikut dan dengarkan podcast spesial ‘R.A. Kartini’s Legacy‘ pada tanggal 23 April 2025 untuk bersama-sama mengeksplorasi warisan pemikiran Kartini dan relevansinya dalam menghadapi tantangan pendidikan dan pemberdayaan perempuan di era digital.

Cek informasi lengkapnya di Instagram @america atau langsung daftarkan diri Anda di sini!

Acara Mendatang

stars

Artikel Terkait

Scroll to Top

Cari Acara

School Visit Request Form Submitted!

Thanks for your submission. Stay tuned in your email for updates!